Sunday, December 30, 2007

PENGALAMAN KEAGAMAAN

PENGALAMAN SUFI DI MELBOURNE

Pengalaman ‘keagamaan atau spritualitas’ hanya bisa dinikmati oleh yang menjalaninya atau mengalaminya. Atau mungkin bisa dirasakan oleh orang yang hampir atau sudah pernah mengalami pengalaman yang sejenis atau hampir sama. Kalaupun diceritakan kepada orang lain yang belum pernah mengalaminya, mungkin orang tersebut tidak percaya atau mengira bahwa yang bercerita sedikit aneh atau mengalami pengalaman yang sifatnya tidak nyata atau mungkin yang mengalami pengalaman spritualitas tadi mengalami ‘halunisasi’ atau ‘pengalaman itu hanya ‘ilusi’saja.

Pengalaman Israk Mikrat Rasulullah ke Siratulmuntahapun pengalaman yang hanya bisa dirasakan dan dinikmati oleh Nabi Muhammad saw. Laut Merah di belah menjadi duapun hanya bisa dirasakan oleh Nabi Musa as. Tapi bisa dilihat oleh umat pada waktu untuk menunjukkan kekuasaan Ilahi. Penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa as juga hanya bisa diceritakan langsung oleh Nabi Isa as. Jadi pengalaman keagamaan atau spritualitas yang dialami oleh umatNya dizaman modern ini hanya bisa dirasakan oleh manusianya sendiri dan yang mendengar hanya bisa mendengar, boleh percaya dan boleh tidak percaya karena pengalam seperti ini sifatnya ‘pribadi sekali’.

Pengalaman pertama sewaktu penulis ‘sakit keras’ tidak ada siapa-siapa kecuali teman serumah yang semuanya mahasiswa dan sibuk sendiri-sendiri. Di kamar yang kecil kemudian penulis mengambil piringan hitam double album Mozart Amedeus. Belum habis piringan pertama, ‘rasanya penulis seperti berbaring di suatu taman di nirwana dan turun salju.’ Perasaan atau ‘mimpi(?) yang tidak pernah datang lagi hampir 13 tahun lamanya. Kalau ditelaah secara ilmu pengetahuan alam atau sains, ini bisa dilihat sebagai pengalaman ‘kegamaan atau spritualitas’ atau juga bisa dilihat sebagai ‘halunisasi’ karena penulis sedang ‘sakit keras.’

Pengalaman kedua setelah 13 tahun kemudian yaitu tahun ini 2004. Penulis sedang baca surat kabar harian Melbourne The Age ketika ada iklan kecil yang berbunyi ‘Are you interested in Sufism? Please ring (nomor tertentu). Kemudian penulis menelpon nomor diatas dan yang menjawab adalah seorang laki-laki yang berbahasa Inggris dengan logat Skotlandia dan memperkenalkan dirinya dengan nama Islam. Setelah ngobrol sebentar kemudian dia mempersilahkan kalau mau datang silahkan dan katanya kebetulan minggu ini ada guru dari India yang datang. Kemudian setelah kerja penulis naik kereta api seperti biasa dan naik tram (kendaraan yang terkenal di Melbourne). Setelah sampai di daerah di mana mereka tinggal, karena sudah agak gelap, setelah tanya kepada beberapa orang setempat akhirnya sampai di alamat yang dituju, ternyata apartmentnya di tingkat dua. Setelah mengetuk, ada yang membukakan pintu, yaitu seorang laki-laki yang ternyata yang berbicara di tilpon tadi. Setelah masuk kedalam rumah, ada perasaan yang sejuk yang menyusupi perasaan, suatu perasaan damai yang lain dari yang lain yang belum pernah penulis merasakannya! Kemudian setelah buka sepatu dan memang belum wudu, penulis bertanya dimana kamar mandi dan kemudian penulis menuju kamar mandi yang ditunjukkan oleh yang orang Skotlandia tadi untuk wudu. Setelah wudu, ternyata penulis tidak bisa bergabung untuk salat sama-sama karena imamnya persis di pintu jadi penulis tidak ikut salat jemaah. Kemudian penulis diminta untuk salat di kamar yang berada di sebelah kamar di mana para jemaah salat berjemaah. Waktu penulis melangkahkan kaki di kamar inilah penulis ‘mengalami dan seperti melihat bahwa penulis ada di pintu surga.’ Tiga kata terakhir ‘di pintu surga’ sebenarnya bukan kata yang tepat karena tidak ada kata-kata atau bahasa atau ungkapan yang bisa menerangkan, menjelaskan ‘perasaan penulis pada waktu itu yang hanya mungkin beberapa menit.’ Yang jelas setelah selesai salat semua yang ada di dunia ini rasanya tidak ada artinya dibandingkan dengan ‘beberapa menit tadi’dan perasaan penulis damai dan bahagia sekali.

Kemudian penulis diperkenalkan dengan guru yang dari India yang sedang berkunjung ke Australia dan kepada para jemaah lainnya. Ada yang insinyur, dosen di salah satu universitas terkenal di Melbourne dan profesi lainnya. Anggapan yang mungkin agak keliru dari penulis sendiri yang punya anggapan bahwa orang sufi itu hanya mementingkan akhirat dan menomorduakan dunia.

Guru yang dari India tadi menjelaskan banyak kelompok sufi di dunia, ada yang namanya ‘Eastern Sufi’ dan ada yang namaya ‘Western Sufi’. Sufi yang sebenarnya adalah sufi yang mengikuti shariah. Katanya, sufi yang mereka anut adalah sufi yang berasal dari Rasulullah. Salat penting sekali! Pada waktu berdoa kepadaNya: Manusia berkata dalam hati atau mengucap ‘aku mendengarkan hatiku’ dan ‘hatiku mendengarkan ‘Ilahi, Rabbi atau Allah swt, ataupun apapun namanya yang penting adalah ‘Yang Maha Kuasa’ yang dalam bahasa Inggrisnya ‘The Higher Being’. Penulis mendapat kesan yang jelas bahwa ‘melalui hatilah pengalaman mistis mengenal Tuhan’ akan terjadi! Kalau hati bersih, Tuhan akan dekat dengan mahluknya, kalau hati ‘tidak bersih’ Tuhan akan menjauh! Penyucian hati bisa terjadi kalau sudah tidak ada lagi iri hati, dengki, cemburu dan banyak lagi penyakit hati. Apakah mungkin kita yang namanya manusia bersih dari semuanya ini?

Setelah minta diri dan keluar dari rumah itu dan berjalan pulang, perasaan jadi enteng sekali. Kata bahagiapun bukan kata yang tepat karena bahagia yang penulis rasakan bukan ‘bahagia’ yang ‘bahagia’ yang selama ini penulis rasakan! Tapi karena kata bahagia adalah kosa kata puncak yang mewakili perasaan senang yang dialami oleh umat manusia lahir batin, oleh karena itu penulis juga memilih kosa kata ‘bahagia’ sebagai penjelasan perasaan yang dialami penulis waktu bertemu dengan kelompok Sufi di kota Melbourne.
Guru yang dari India itu bernama Shaykhaal Tariqat Hazrat Azad Rasool yang menulis buku berjudul ‘Turning Toward the Heart.’

No comments: